Guru mempunyai peranan
penting dalam proses pembelajaran. Maka tak heran jika guru juga sebagai kunci
keberhasilan seorang siswa dalam pemahaman materi. Biasanya, siswa mengikuti
apa yang dikatakan oleh guru, meniru apa yang dilakukan oleh guru, dan
melaksanakan apa yang diperintahkan oleh guru. Untuk itu, menjadi seorang guru
haruslah berhati-hati, terutama menjadi guru SD atau TK. Anak kecil masih belum
tahu mana yang baik dan mana yang benar. Disitulah peranan guru dalam proses
pembelajaran. Dalam usia siswa yang masih kecil, mereka harus dididik menjadi pribadi
yang baik dan berakhlak. Para pendidik itulah yang membentuk karakter si anak,
termasuk guru. Tidak hanya torfokus dalam tingkat TK atau SD saja, untuk
tingkat SMP dan SMA, atau bahkan kuliah, peran dan tanggung jawab seorang guru
semakin berat. Para pelajar tingkat menengah ini rata-rata masih remaja, yaitu
proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Umumnya meraka masih mempunyai
emosional yang labil. Mereka masih mencari jati diri mereka itu seperti apa.
Mereka juga tidak suka diatur atau dikekang-kekang. Selain peranan orangtua, keluarga, dan teman,
peran guru juga sangat penting. Para guru akan selalu lebih berhati-hati dalam
menyikapi tingkah laku remaja. Dalam proses pembelajaran sendiri, para guru
haruslah mengerti dan memahami keinginan dan kemauan remaja saat ini. Jadi,
antara guru dan murid akan mendapatkan hal yang diinginkan.
Para
siswa yang umumnya sedang menempuh pendidikan menengah (SMP/SMA), biasanya
mempunyai keluhan dalam proses pembelajaran di sekolah. ‘Males
ah, gurunya killer’, itu mungkin sudah menjadi respon yang umum di kalangan
remaja ketika berhadapan dengan guru yang killer
atau suka marah-marah. Dalam banyak film atau sinetron di negeri ini, guru yang
killer biasanya digambarkan dengan
wajahnya yang menyeramkan, menggunakan kacamata, tak pernah senyum, dan lain
sebagainya. Mungkin itu semua benar. Apalagi saat mengajar, sang guru
menggunakan nada orang yang seperti marah-marah, itu menambah kemalasan para
siswa untuk belajar dengan guru tersebut. Pada umumnya, tak ada guru yang
berharap menjadi guru killer.
Semuanya menginginkan menjadi seorang guru yang disegani para siswanya dan
mudah dalam menyampaikan materi. Tapi, biasanya itu adalah watak guru itu
sendiri.
Walau
hampir sama dengan guru killer, tipe
guru yang satu ini cenderung tidak suka membuat kemarahan, tapi membuat suasana
jadi membosankan. Ya, guru yang tergabung dalam ‘kasta’ ini mempunyai teaching
style´yang membosankan alias membuat suasana jadi tidak mendukung untuk
belajar. Mereka biasanya datang ke kelas, kemudian menjelaskan (dibaca membaca)
materi yang ada di buku. Setelah selesai, mereka akan memberi tugas kepada para
siswanya. Karena para siswanya sudah mempunyai LKS (Lembar Kerja Siswa), guru
tersebut hanya menyuruh mengerjakan bab sekian sampai bab sekian; bab ini
sampai bab itu. Sementara para siswa mengerjakan apa yang diperintah, guru
tersebut pergi dari kelas, atau bahkan pergi dari sekolah. Tapi biasanya pergi
ke kantin dengan alasan lapar. Setelah selesai, guru tersebut kembali ke kelas
dan mengoreksi pekerjaan siswa. Hal seperti itulah yang terkadang membuat
sebagian siswa malas belajar. Mereka malas karena materi yang disampaikan belum
masuk ke otak, tapi sudah dikasih tugas lagi.
Ada
langit pasti ada bumi. Nah, kalau ada guru yang menyebalkan dan membosankan,
pasti ada guru yang membuat bersemangat dan menyenangkan dalam belajar. Guru
yang seperti ini pasti banyak diinginkan oleh semua siswa. Mereka cenderung
menjadikan murid sebagai subjek (pelaku dalam proses pembelajaran). Jadi, tidak
lagi menggunakan metode yang tradisional/ketinggalan zaman, yang mana guru
hanya menyuapkan materi atau guru yang menjadi subjek pembelejaran. Selain itu,
mereka pasti mempunyai ribuan macam cara untuk membuat peserta didiknya tidak
mengantuk saat pelajaran. Karena mereka yakin kalau siswa senang dalam belajar,
para siswa akan mudah menangkap materi dan akan lebih mudah untuk mencapai
target yang diinginkan. Cara yang mereka lakukakan untuk mengobati rasa kantuk
yaitu dengan mengajak belajar ke luar ruangan, mengajak diskusi antar siswa,
memberikan model peraga, atau bahkan mengajak bernyanyi. Mereka juga tidak
ingin memberikan tugas yang monoton, seperti mencatat buku. Seperti yang
disebutkan di atas, mereka mempunyai ribuan cara untuk ‘membunuh’ rasa kantuk,
jadi mencatat bisa diganti dengan membuat sebuah mindmap. Sebetulnya masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh guru
yang aktif seperti ini dalam menanggulangi kebosanan para siswa.
Untuk
menjadi guru yang menyenangkan bagi siswanya tidaklah mudah. Apalagi untuk guru
yang tergolong killer. Mereka harus
memulainya dari hal yang paling kacil. Setiap guru sebaiknya memahami apa yang
diinginkan oleh para siswanya. Kalau siswa TK dan SD, tentu maunya bermain.
Sedangkan untuk siswa SMP/SMA, mereka mungkin menginginkan sebuah kebebasan.
Kebebasan di sini dalam arti tidak mau dikekang dan bisa mengeskspresikan
keinginannya. Walau begitu, guru harus terus mengawasinya. Setelah mengerti
keinginginan para muridnya, sesekali buat cara mengajar menjadi apa yang
diinginkan. Misalnya, membuat sebuah permainan anak SD yang ada kaitannya
dengan pelajaran di kelas. Tidak hanya itu saja. Para guru harus rela
mengorbankan waktu luangnya untuk membuat sebuah alat peraga atau semacamnya.
Sehingga nantinya, siswa tidak hanya berpatok pada buku saja, yang terkadang
susah untuk dipahami. Dengan adanya alat peraga, siswa akan lebih mudah dalam
mempelajarinya. Selanjutnya, guru harus sering membuat tugas dalam kelompok,
agar beban siswa tersebut tidak terlalu berat. Bisa juga dalam sebuah kelompok
membuat sebuah mindmap yang nantinya
dipresentasikan ke depan kelompok lain. Jauhi juga tugas-tugas yang berhubungan
dengan mencatat, karena sebagian siswa susah untuk menghafal catatannya. Dan
yang paling penting, saat pelajaran berlangsung, sering-sering juga memberi
pertanyaan kepada para siswa. Dengan demikian, para siswa akan lebih mudah
dalam memahami materi yang disampaikan.
Guru
yang killer itu tidak disenangi oleh
kebanyakan siswa. Demikian juga dengan guru yang membuat suasana kelas jadi membosankan.
Itu semua akan menghambat siswa dalam belajar. Umumnya siswa menyukai guru yang
tidak monoton dan tidak tradisional. Kalau seorang guru membuat suasana aktif
di kelas, para siswa mungkin akan lebih mudah menerima materinya. Kalau siswa
mudah menerima dan memahami materi, hal tersebut akan membuat target guru dan
siswa menjadi lebih mudah dicapai. Jadi, metode belajar yang dimiliki oleh guru
akan berdampak pada pemahaman siswa itu sendiri.
http://indonesiaberkibar.org/sites/all/themes/images/GIB-2.jpg